Change The Language

EnglishFrenchGermanSpainItalianDutch RussianPortugueseJapaneseKoreanArabicChinese Simplified

Sabtu, 05 Mei 2012

Di Siang yang Serba Panas

Puisi Ragil Koentjorodjati

Larik puisi macam apa yang
pantas untuk siang yang
serba panas,
Keringat kita menetes,
Tak lagi deras. Tapi
kerontang memerah hingga
perih.

Ya, aku takut. Bukan tak
mungkin selanjutnya kulit
meneteskan darah.

Apakah hidup ini terlalu
keras?

Selebihnya aku tersenyum,
di siang yang serba panas.

Aku ingat lakon sebuah
komedi,
nyaris tanpa tamat,
seorang lelaki tertawa –terus
tertawa,
lalu terbakar,
meleleh tinggal murung
dalam seragam baju serba
lucu,
aku yakin, kau tidak pernah
tahu berapa musim ia lalui
penuh rindu,
rindu yang dingin dan beku
pada hari yang serba panas.

Entah untuk apa. Mungkin
untuk sesuatu.

Atau untuk seseorang
berhati kering dan gersang.

Sungguh,
di siang yang serba panas,
kita butuh sebidang dada
lapang,
dan hati yang cukup teduh
untuk melepas keluh.

Lalu tiba-tiba aku ingat kau,
yang setia menyenyumi bara
di dadamu. Tulus.

Selebihnya aku tersenyum,
di siang yang serba panas.

0 komentar:

Posting Komentar