Change The Language

EnglishFrenchGermanSpainItalianDutch RussianPortugueseJapaneseKoreanArabicChinese Simplified

Kamis, 31 Mei 2012

Cerita Bersambung: Tunangan (6)

Cerita Anton Chekhov
Alih Bahasa RetakanKata
kasih tak sampai
Ilustrasi dari 3_bp_blogspotdotcom1
Taksi telah datang. Dengan topi di kepala dan mengenakan mantel, Nadya naik ke lantai atas untuk, sekali lagi, menatap ibunya dan barang-barang miliknya. Dia berdiri sejenak di kamarnya, di samping tempat tidurnya yang masih hangat, membayangkan dirinya sendiri sebelum kemudian perlahan-lahan mengalihkan perhatian ke ibunya. Nina Ivanovna masih tertidur, senyaman tidur di kamarnya. Nadya mencium ibunya, merapikan rambutnya, berdiri diam selama beberapa menit kemudian berjalan perlahan-lahan ke bawah. Saat itu hujan lebat. Pengendara taksi dengan penutup kepala terbuka, berdiri di pintu masuk, tersiram hujan.
“Tidak ada ruang untukmu, Nadya,” kata Nenek, yang seperti seorang pelayan sedang membantu majikannya menempatkan barang bawaan Nadya dalam bagasi. “Ide macam apa melihat dia pergi dalam cuaca seperti ini! Lebih baik kamu tinggal di rumah. Betapa penuh kebaikan dalam hujan ini!”

Nadya mencoba mengatakan sesuatu, tapi tidak bisa. Sasha membantu Nadya masuk ke dalam taksi dan menutupi kakinya dengan karpet. Lalu ia duduk di sampingnya.
“Semoga kalian beruntung, Tuhan memberkati!” Nenek menangis seiring langkah-langkah menjauh. “Pikirkan untuk menulis surat kepada kami dari Moskow, Sasha!”
“Ya Nek, selamat tinggal.”
“Semoga Ratu Surga menjaga kalian!”
“Oh, cuaca macam apa ini!” kata Sasha pula.
Inilah saatnya Nadya mulai menangis. Sekarang jelas baginya bahwa dia pasti pergi, meski sulit dipercaya ketika ia mengatakan selamat tinggal kepada Nenek, dan ketika ia melihat ibunya.
Selamat tinggal kota! Dan dia tiba-tiba teringat semuanya: Andrey dan ayahnya, rumah baru dan wanita telanjang dengan vas. Semua itu tidak lagi menakutkannya dan tidak lagi menjadi beban, selain tampak naif dan sepele serta semakin tertinggal jauh. Dan ketika mereka masuk ke gerbong kereta api dan kereta mulai bergerak, semua masa lalu yang begitu besar dan serius, menyusut menjadi sesuatu yang kecil, dan masa depan yang lebar besar, yang hingga saat itu hampir tidak diperhatikan mulai membentang di depannya. Hujan menimbulkan bunyi gemeratak di jendela kereta. Tidak ada yang bisa dilihat selain ladang hijau, telegram dengan gambar burung melintasi kabel. Dan sukacita membuatnya menahan napas, dia berpikir tentang kebebasan, berpikir tentang belajar, dan ini adalah seperti apa yang seharusnya dilakukan di usianya yang lalu, terpanggil sebagai Cossack merdeka.
Nadya tertawa dan menangis dan berdoa sekaligus.
“Semua akan baik-baik saja,” kata Sasha, tersenyum. “Ini baik-baik saja.”

bersambung…


ke cerita tunangan 5

0 komentar:

Posting Komentar