Change The Language

EnglishFrenchGermanSpainItalianDutch RussianPortugueseJapaneseKoreanArabicChinese Simplified

Jumat, 21 November 2014

Dokter koplak ! (Sunda)



Saurang ibu2 nu ngarana izah anu karek ngalahirkeun nanya ka dokter !

Izah : Dok, kumaha ka ayaan anak abi ?
Dokter : Abdi harep, ibu tong
sedih, tarimakeun naon nu terjadi ku lapang dada ?

Senin, 17 November 2014

Sejarah Metode Kumon

fendikur.tk

Hay sobat.. Kalian tahu kan bimbingan belajar KUMON.. Yah, kali ini saya akan sedikit menceritakan sejarah terjadinya metode Kumon.

Nama Metode Kumon diambil dari nama Mr. Toru Kumon, pembuat bahan pelajaran dan cara bimbingan ini. Wafat pada 25 Juli 1995 dalam usia 81 tahun. Sampai akhir hayatnya, beliau menjabat sebagai Ketua Lembaga Pendidikan KUMON.

Tahun 1954, Takeshi anak laki-laki pertama dari Mr. Toru yang pada waktu itu duduk di kelas 2 SD, mendapat hasil yang kurang baik dalam ujian Matematika.

Melihat hasil anaknya tersebut, maka suatu hari istrinya meminta kepada Mr. Toru untuk mengajari anaknya. Kebetulan Mr. Toru adalah seorang guru Matematika di SMA. Pertama kali melihat buku pelajaran anaknya, beliau merasa bahwa soal dan pelajarannya tidak tersusun secara sistematis, sehingga Mr. Toru tidak ingin mengajari anaknya dengan menggunakan bukunya.

Sabtu, 15 November 2014

www.fendikur.tk
the cerita story
Hoaaammm…
Octo masih mengantuk ketika Ibu membangunkan Octo dari tidurnya, “ayo Octo, bangun. Kamu tidak mau terlambat kan di hari pertamamu ke sekolah?”
Octo, gurita merah kecil itu hanya mengeliat dan mengubah posisi tidurnya sambil bergumam kepada ibunya, “lima menit lagi, Bu. Octo masih ngantuk.”
Ibu Octo menggeleng-gelengkan kepalanya. Octo, gurita kecilnya ini sudah dari tadi dibangunkan.

Kebiasaan tidurnya yang sampai siang ini harus diubah karena Octo akan memasuki sekolah pertamanya dan tentunya akan bersekolah hampir setiap hari. Ibu Octo sudah berusaha membangunkan Octo dengan cara yang lembut, yaitu hanya mengguncangkan tubuh Octo sedikit dan menyuruhnya bangun. Tetapi sepertinya cara itu tidak mempan bagi Octo-nya, dan Octo pun selalu mengeluhkan “lima menit lagi, Bu”. Kalau sudah begini, saatnya menggunakan cara lebih keras.
“Baiklah gurita kecilku. Jika kamu memang tidak ingin sekolah, kamu bukanlah anak Ibu lagi. Silahkan kamu cari Ibu baru di luar sana!” ancam Ibu Octo. Ya, itulah cara kerasnya, hanya sebuah ancaman. Tetapi jangan salah, ancaman tersebut mampu membuat Octo bangun 100% dari tidurnya dan langsung menghadap ibunya. “Baiklah, Ibu. Octo sudah bangun dan akan siap-siap pergi ke sekolah.” kata Octo panik. Octo memandang Ibunya dengan tatapan memelas, “Octo masih anak Ibu kan?” tanya Octo polos. “Octo tidak mau cari Ibu lain. Octo cuma sayang Ibu.” sambungnya lagi seperti ingin menangis.

Ibu Octo hanya tersenyum dan memeluk anaknya, “Iya, Octo tetap anak ibu. Tetapi harus janji, mulai sekarang Octo harus lebih rajin bangun pagi dan pergi ke sekolah. Janji?”
Octo kecil mengangguk dan menjawab, “Octo janji, Bu.”
“Sekarang Octo siap-siap ya. Karena ini hari pertama, Ibu akan menemani Octo berenang ke sekolah. Hari berikutnya Octo berenang dengan teman-teman baru Octo ya.”
“Baiklah, Bu.” Octo lalu pergi bersiap-siap untuk ke sekolah.

Hari pertama Octo pergi ke sekolah. Ternyata banyak juga yang bersekolah disini. Pasti banyak teman baru nih, pikir Octo. Hewan-hewan laut lainnya juga berenang bersama induknya masing-masing.
Ketika perkenalan di kelas, Octo memperkenalkan dirinya dengan suara yang keras, “nama saya Octo. Saya gurita merah. Saya datang ke sekolah ini bersama Ibu saya.” Seraya menunjuk Ibu nya yang sedang duduk. Teman-teman yang lain bertepuk tangan dan Octo merasa bangga akan hal itu.
Hari ini hanya perkenalan saja. Dalam waktu yang singkat Octo sudah mendapat teman baru, seperti Squid si cumi-cumi, Clam si kerang dan banyak lagi yang lain.

Hari-hari Octo, Si gurita merah kecil berlanjut. Octo mulai menikmati bersekolah. Dia termasuk hewan yang aktif dan juga cerdas di kelasnya. Setiap tugas yang diberikan oleh gurunya dapat dia selesaikan dengan mudah dan cepat. Tetapi hal tersebut membuat Octo sombong. Dia tidak mau mengajari temannya yang meminta bantuan kepadanya.

Ceritanya seperti ini.