Change The Language

EnglishFrenchGermanSpainItalianDutch RussianPortugueseJapaneseKoreanArabicChinese Simplified

Senin, 08 Oktober 2012

Ulang Tahun

http://retakankata.files.wordpress.com/2012/03/bancakan.jpg

Aku punya seorang teman. Lebih kaya dariku kukira. Ia tidak kekurangan makan, tempat tidur cukup hangat saat udara malam begitu dingin. Dan keluarga yang dekat, dalam arti ia bisa memanggil saudaranya kapan pun ia membutuhkan. Dalam beberapa hal, nasibnya lebih baik dari nasibku. Hanya satu hal yang aku tidak mengerti, setiap tahun ia meminta ulang tahunnya dirayakan.
…Hari ini aku mendapat undangan untuk merayakan ulang tahunnya yang ke 42. Nasi tumpeng dengan warna kuning jeruk, beberapa potongan telor dan daging ayam, sedikit lalapan sudah tersedia di meja makan. Oh ya, ikan asin kecil-kecil cukup banyak bertebaran di sekitar tumpeng.
“Maaf Mbak, perayaannya sangat sederhana,” katanya dengan muka kemerah-merahan menahan malu. Yang aku tidak paham, ia memiliki rasa rendah diri yang luar biasa.
“Ini bancakan ya Mas,” tanyaku sedikit ragu.

“Iya Mbak.” Kembali wajahnya memerah. Lalu dengan nada yang terdengar membela diri, ia bercerita mengapa ia harus merayakan ulang tahun setiap tahunnya. Ia bercerita tentang orang tuanya yang mendidiknya begitu keras, tanpa pujian, tanpa penghargaan. Dan kegagalan berarti hukuman. Di mata keluarganya ia terlihat sukses. Tapi ia sendiri merasa tidak berharga.
Aku diam menyimak dan tanpa kusadari, hatiku trenyuh. “Ini boleh dimakan kan Mas?” tanyaku mengalihkan pembicaraan.
“Oh, ya! Silahkan..,” katanya agak gugup.
Aku membuat pincuk dari daun pisang yang menjadi alas tumpeng. Lalu beberapa potong makanan kutaruh di dalamnya. Terasa begitu nikmat sepertinya. Mulutku terbuka dan segenggam makanan siap kukunyah ketika tiba-tiba aku mendengar suara bocah dari belakangku,”Pak…kapan ulang tahunku dirayain?”

0 komentar:

Posting Komentar