Change The Language

EnglishFrenchGermanSpainItalianDutch RussianPortugueseJapaneseKoreanArabicChinese Simplified

Senin, 18 Juni 2012

Tujuh Jurus dari Nyonya Wei ( 1 )

Gerundelan John Kuan
Tidak banyak yang tahu nama ini, kecuali mereka yang tertarik dengan sejarah kaligrafi Cina. Dia samasekali tidak meninggalkan jejak tulisan tangannya, kita hanya dapat menduga tulisannya dari delapan baris jiplakan dalam cetakan kayu yang tersimpan di dalam sebuah buku bernama: Kumpulan Kaligrafi Chunhua ( 淳化阁帖, baca: Chun Hua Ge Tei, terbit sekitar tahun 992 ). Dialah Wei Shou – 卫铄, biasa dipanggil Nyonya Wei, hidup di masa Dinasti Jin ( 265 -420 ). Mungkin sedemikian saja yang kita ketahui tentang dirinya.Walaupun Nyonya Wei tidak meninggalkan karya penting, tetapi memiliki pengaruh besar yang tidak bisa diabaikan: Dia telah berhasil melatih seorang kaligrafer paling penting dalam sejarah kaligrafi Cina: Wang Xizhi – 王羲之 dan sebuah karangan pendek mengenai teknik penguasaan kuas Cina: Formasi Tempur Kuas ( 笔阵图, baca: Bi Zhen Tu ). Karangan ini sering dimuat di dalam berbagai macam buku yang membahas kaligrafi, semacam pelajaran dasar kaligrafi Cina. Dan bagi saya, makna Formasi Tempur Kuas adalah untuk memahami bagaimana Nyonya Wei mengajari Wang Xizhi memasuki dunia kaligrafi pada masa itu.
***
Tulisan tidak pasti sama dengan kaligrafi, menulis mungkin hanya ingin menyampaikan maksud. Bentuk tulisan yang dibangun dari garis, belum pasti akan menimbulkan getaran keindahan bagi indera penglihatan. Artinya, fungsi sebagian tulisan hanya bersifat praktikal. Namun, seandainya kita melihat sepucuk surat yang ditulis seseorang, sehabis membaca, setelah mengerti maksudnya, tidak tahan masih ingin melihat lagi, begitu ‘ melihat ‘ berulang kali, pelan-pelan melupakan artinya, mulai merasa lekuk garis-garisnya amat indah, bentuknya amat indah, bidang kosongnya amat indah, saat itu baru disebut kaligrafi. Kaligrafi bukan hanya teknik, kaligrafi adalah semacam apresiasi keindahan. Melihat keindahan garis, keindahan antara titik dan goresan, keindahan bidang kosong, masuk ke dalam mabuk apresiasi keindahan yang murni, dengan begitu sisi seni kaligrafi baru akan tampak.
Sewaktu kecil, Wang Xizhi dilatih menulis oleh Nyonya Wei, saya ingat waktu kecil juga dilatih menulis tulisan Han oleh kakek dengan sejenis buku tulis bernama ‘ sembilan petak ‘. Buku tulis ini adalah untuk melatih struktur tulisan, setiap halaman penuh dengan kotak-kotak yang dibagi dengan garis merah menjadi sembilan petak.

Jumlah goresan setiap karakter Han bisa sangat jauh berbeda. Bisa banyak hingga tiga puluh sampai empat puluh goresan, misalnya 籲 ( baca: yu, artinya: mengimbau ); ada yang sesederhana hanya satu goresan, misalnya 一 ( baca: yi, artinya: satu ), tidak peduli tiga puluh dua goresan atau pun satu goresan semuanya mesti ditaruh ke dalam ‘ sembilan petak ‘, menempati ruang yang sama, mencapai keseimbangan, serasi, harmonis, mantap dan penuh.
Andaikan mengembalikan kaligrafi ke strukturnya yang paling dasar, dia sesungguhnya adalah latihan indera penglihatan yang sangat menarik. Keseimbangan, keserasian, interaksi, isi dan hampa, berbagai macam latihan dasar apresiasi keindahan ada di dalamnya.
Di dalam sebuah kotak kecil, seperti seorang arsitek, latih menggunakan dan mengatur ruang. Memasukkan karakter dengan goresan paling banyak dan paling sedikit ke dalam ruang ‘ sembilan petak ‘ yang sama besar. Penguasaan setiap ruang harus seolah sama ——— sisi ini paling menarik, sebab sekalipun [ 一 ], di dalam ‘ sembilan petak ‘ juga tidak boleh terasa terlalu lapang, terlalu sedikit, terlalu sepi, sebaliknya, mesti seolah penuh memenuhi ruang. Demikian juga dengan [ 籲 ] yang ditaruh di dalam ‘ sembilan petak ‘, tidak boleh terasa terlalu sesak, terlalu ramai. Dan di saat ini, di antara isi dan hampa, di antara garis dan titik, akan ada perubahan-perubahan yang tak terduga banyaknya.
***
Jurus Pertama: Batu Jatuh dari Puncak Tinggi
Pertama kali membaca Formasi Tempur Kuasyang ditulis Nyonya Wei, saya agak terkejut, sebab catatan yang diwariskan ini terlalu sederhana, sederhana hingga sedikit sulit menafsirkannya. Misalnya, dia membongkar sebuah karakter ( huruf ), setelah dibongkar terdapat sebuah unsur, mungkin adalah unsur paling dasar dalam kaligrafi Cina ——— sebuah titik. Titik ini digunakan di banyak karakter. Menulis 江 ( baca: jiang, artinya: sungai ) ada tiga titik di sisi kiri, namun arah, tekanan, ukuran, gaya ketiga titik ini tetap sedikit berbeda.
Titik, di dalam struktur kaligrafi adalah dasar yang sangat penting
Walaupun hanya berupa sebuah titik, tetapi perubahannya sangat banyak. Misalnya, karakter 無 ( baca: wu, artinya: hampa, tiada ), ada empat titik di bagian bawah, cara menulis empat titik ini baik arah, tekanan, ukuran, maupun gaya kemungkinan juga berbeda. Di lain kesempatan ketika melihat sebuah tulisan Han, mungkin bisa perhatikan apakah ada unsur ‘ titik ‘, atau coba analisa watak ‘ titik ‘ itu, renungkan sejenak ‘ titik ‘ itu, apakah seperti Batu Jatuh dari Puncak Tinggi yang disebut Nyonya Wei.
Kalau melihat Formasi Tempur Kuas, Nyonya Wei seperti tidak mengajari Wang Xizhi menulis, tetapi membongkar karakter ( huruf ), dan ketika sebuah karakter dibongkar, maka maknanya akan menguap. Dia menuntun Wang Xizhi memasuki apresiasi keindahan indera penglihatan, hanya mengajari dia menulis sebuah ‘ titik ‘, melatih ‘ titik ‘, merasakan ‘ titik ‘. Dia ingin Wang Xizhi kecil melihat bekas yang ditinggalkan kuas yang telah mencelup tinta di atas permukaan kertas, sekalian menjelaskan frasa ini: Batu Jatuh dari Gunung Tinggi.
Dia ingin anak ( Wang Xizhi ) yang belajar kaligrafi ini merasakan, merasakan di atas tebing ada sebongkah batu jatuh, ‘ titik ‘ itu, persis seperti kekuatan batu jatuh dari tempat yang tinggi.
Mungkin ada yang curiga: Sebenarnya Nyonya Wei sedang mengajari Wang Xizhi kaligrafi atau gerak jatuh bebas ilmu fisika? Kita tahu yang diajarkan Nyonya Wei kepada Wang Xizhi seperti bukan kaligrafi saja. Saya selalu berpikir, mungkin Nyonya Wei benar-benar membawa anak ini ke atas gunung, membiarkan dia merasakan batu, lalu menjatuhkan sebuah batu dari puncak, atau bahkan melempar sebuah batu agar Wang Xizhi menyambut. Kalau begini, pelajaran Batu Jatuh dari Puncak Tinggi pasti menjadi sangat menarik.
Batu adalah sebuah benda, di indera penglihatan ada wujud, saat dipegang ada berat. Bentuk dan berat berbeda. Tangan memegang batu, dapat menimbang beratnya, merasakan lekukannya. Saat batu jatuh, akan memiliki kecepatan, kecepatan sendiri di dalam rangka ‘ jatuh ‘ masih memiliki percepatan yang ada di ilmu fisika; menghantam ke atas tanah, akan menimbulkan kekuatan benturan dengan permukaan tanah ——— semua ini begitu kaya rasa diserap seorang anak kecil. Kaya rasa adalah permulaan apresiasi keindahan.

Kata Pengantar Lanting
Kata Pengantar Lanting 兰亭序
Saya tidak tahu ‘ titik ‘ yang ditulis Wang Xizhi setelah dewasa, apakah ada hubungannya dengan pendidikan yang diberikan Nyonya Wei. Banyak yang berkata bahwa titik di setiap karakter 之 yang ada di dalam karya kaligrafinya yang paling terkenal: Kata Pengantar Lanting兰 亭序 ( baca: Langting Xu ) berbeda. Ini adalah sebuah draft yang ditulis Wang Xizhi ketika mabuk, oleh sebab itu ada salah tulis, ada coretan. Setelah sadar, dia sendiri mungkin juga terkejut, bagaimana dirinya bisa menghasilkan kaligrafi yang begitu indah, dan mungkin mencoba lagi, namun bagaimana pun sudah tidak bisa menghasilkan yang sebagus ‘ draft awal ‘
Di belakang karya kaligrafi terkenal ini tersembunyi beberapa hal yang menarik, membuat kita menerka: mengapa Nyonya Wei tidak begitu peduli tulisan Wang Xizhi baik atau tidak, malahan sangat peduli Wang Xizhi mampu atau tidak merasakan kekuatan batu jatuh?
Sebenarnya pelajaran pertama Nyonya Wei ini meninggalkan banyak bagian kosong, saya tidak dapat menduga Nyonya Wei membiarkan Wang Xizhi latih berapa lama, apakah waktunya mencapai beberapa bulan atau beberapa tahun, baru dilanjutkan dengan pelajaran kedua? Namun jurus dasar mengenai ‘ titik ‘ ini, seperti sangat dalam mempengaruhi seorang kaligrafer besar di kemudian hari.

0 komentar:

Posting Komentar