Change The Language

EnglishFrenchGermanSpainItalianDutch RussianPortugueseJapaneseKoreanArabicChinese Simplified

Selasa, 20 November 2012

Merunut Kejayaan Batik Plentong

RetakanKata – Asal usul tradisi batik di wilayah Yogyakarta dimulai sejak kerajaan Mataram Islam pada paruh keempat abad 16 yang pusatnya terletak di seputaran kawasan Kotagede dan Plered namun masih terbatas dalam lingkungan keluarga kraton yang dikerjakan oleh wanita-wanita abdi dalem. Pada perkembangannya, tradisi batik meluas ke kalangan kraton lainnya, yakni istri para abdi dalem dan prajurit. Ketika rakyat mengetahui keberadaan kain bercorak indah tersebut, lambat laun mereka menirunya dan tradisi batik pun mulai tersebar di masyarakat.
Proses pembuatan batik yang cukup lama dan memerlukan modal yang tidak sedikit membuat tidak banyak orang yang sanggup menekuni usaha ini. Kebanyakan warga di Yogyakarta memilih sekedar menjadi buruh pembatik. Mereka mengambil kain dari perusahaan batik (juragan batik) dan mengerjakan proses pembatikan di rumah masing-masing. Proses yang mereka kerjakan hanya menyerat (membatik pola dengan malam). Setelah itu mereka jual kain itu ke pengusaha batik dengan harga tergantung kerumitan motif yang dibatik. Pengusaha batik itu yang nantinya akan melanjutkan proses berikutnya, yakni pencelupan hingga menjadi kain batik yang siap pakai. Biaya celup satu lembar kain rata-rata Rp100.000 dan hingga saat ini banyak pengusaha batik yang belum bisa melakukannya sendiri. Mereka harus membawa ke tempat pencelupan batik, sehingga wajar jika harga selembar kain batik rata-rata mencapai ratusan ribu rupiah.

Kisah Seorang Cowo

Renungan malam........
 
Ada seorang cowo suka sama seorang cewe. Cowo ini termasuk orang yang tidak punya (miskin). Sedangkan sang cewe bekerja di toko emas.

Suatu hari cowo ini nembak cewe itu, tapi cewe itu bilang "kalo loe bisa beliin satu cincin berlian di toko ini, mungkin akan gua pertimbangkan"..

Setiap hari cowo ini berusaha mencari uang untuk membeli cincin berlian itu, hingga suatu hari dia melihat satu boneka lucu dan lalu di beli nya untuk diberikan kepada cewe itu.

Keesokkan hari nya cowo ini bertemu dengan cewe itu sambil memberikan sebuah boneka
lucu. Tapi cewe itu bilang
"gw bilang cincin bukan boneka lucu kek gini". Lalu dilempar lah boneka itu ke tengah jalan.

Cowo ini bermaksud mengambil boneka itu agar tdk di lindas mobil, tp apa daya malah cowo ini yg ditabrak mobil.

Cewe itu berlari mendekati cowo
ini yg telah tdk bernyawa. Sambil memegang boneka yg setengah rusak, lalu boneka itu
mengeluarkan suara"Maukah
jadi pacarku",ternyata itu adalah rekaman suara cowo itu yg telah diselipkan ke boneka itu.

Cewe itu lalu menemukan sbua surat. Isi surat itu"aku tau walau aku membelikan cincin berlian itu, kamu tdk akan menerimaku. Tapi setidak nya aku tlah berusaha. Kadang walau kita berusaha sekuat mungkin, hal itu tidak akan
datang. Maafkan aku tidak
bisa membelikan sebuah cincin
berlian untuk mu tapi membelikan cincin
yg lain utk mu,"I Love U".

Tanpa sadar jatuh sebuah cincin
berlian yg sangat indah dr boneka itu.

Setelah baca surat tsb, cewe itu
nangis dan sadar di hati kecil
nya dia telah menerima cowo itu setelah cowo itu meninggal.

*Jadi cewe jangan matre , yg
melihat kekayaan dr seorang
cowo,,

Hargailah org yg mencintaimu
sblum dia pergi utk selama
lamanya. Karna kita tdk tau
kapan org yg mencintai kita dan orang yg kita cintai itu pergi utk selama2nya.. ♫♫♫♥♥♥♫♫♫
semoga tmen'' semua
menjadi cewk dan cowk yg
baik...

Hai Raga


Puisi Lila Prabandari
siluet
gambar diunduh dari shutterstock

kukatakan…
raga, bolehkah aku mengkhianatimu?
ketika desau angin berhembus tak mampu menyampaikan inginku
ketika ilalang-ilalang yang bergoyang tak mampu lagi membisikkan resahku
ketika redup sinar kunang-kunang tak menggenggam lagi sepiku
saat matahari berbisik pada rembulan bahwa ia tak mau berganti posisi
raga kukatakan,
aku tak bisa bersamamu lagi
…..

Jumat, 02 November 2012

Kisah Hukuman dalam Mitologi Yunani


 gan.. nih hanya sekedar share aja... ok...


 
 

Arakhne
Dahulu kala di kota Maionia di daerah Asia Minor, hiduplah seorang gadis cantik yang memiliki bakat menenun yang sangat luar biasa. Bukan hanya hasil karyanya, namun cara dia menenun pun sangat cantik, bahkan para nimfa akan meninggalkan hutan dan mata air mereka hanya untuk melihatnya menenun dan menikmati karyanya. Nama sang penenun ulung itu adalah Arakhne.
Ia mengambil gulungan benang yang kusut, kemudian dengan telaten mengurainya dan membentuknya menjadi halus dan ringan seperti awan. Setiap gerakan tangannya sangat piawai dalam mengatur belitan, jahitan, dan pola-pola dalam tenunannya. Saking indahnya tenunan gadis itu, banyak orang yang mengatakan bahwa dewi Athena (dewi penenun) sendirilah yang mengajarinya menenun.
Namun Arakhne bereaksi keras terhadap kata-kata itu. Ia menolak jika ia dianggap sebagai murid dari Athena, bahkan ia berkata bahwa kemampuan menenunnya mampu mengalahkan Athena dan ia juga menantang secara terbuka dewi Athena untuk mengadu keahlian menenun dengannya.
Athena mendengar kesombongan Arakhne, namun ia masih ingin memberikan kesempatan bertobat pada Arakhne. Athena pun mendatangi Arakhne yang sedang menenun dalam wujud seorang wanita tua.
Wanita tua itu berkata, "Tenunanmu memang sangat indah, tapi dengarkanlah saranku. Kau boleh menantang sesama manusia untuk mengadu kemampuan menenun semaumu, namun janganlah menantang seorang dewi, malah menurutku sebaiknya kau meminta maaf kepada Athena atas kata-katamu sebelumnya. Ia sangat bijak dan pemaaf, kau mungkin masih bisa dimaafkannya."
Arakhne langsung berhenti menenun, kemudian berteriak kepada wanita tua itu, "Simpan saja saranmu untuk anak cucumu nenek tua! Aku tahu apa yang aku katakan dan tidak akan mencabutnya!! Aku tidak takut dengan dewimu, biar saja dia datang dan mencoba melawanku!!"
Athena pun melepaskan penyamarannya dan menjawab, "Tantanganmu kuterima."
Para nimfa yang ada, langsung bersujud di hadapan Athena, demikian juga orang-orang lainnya. Sementara Arakhne gugup melihat kehadiran sang dewi, namun ia tetap melanjutkan tantangan itu.

Pertandingan antara Arakhne dan Athena berlangsung seru. Benang-benang melayang ringan penuh warna dan keindahan. Masing-masing menenun dengan sangat cepat, namun dengan gerakan yang amat cantik. Tak lama, kain hasil tenunan mereka pun selesai.
Pada kain tenunan Athena, bagian tengahnya terdapat gambar kedua belas dewa Olimpus di atas tahta masing-masing, dan di keempat sudutnya tergambarkan para dewa yang marah dengan manusia-manusia yang membangkang. Hal itu untuk memperingatkan lawannya agar lekas menyerah sebelum semuanya terlambat.
Sedangkan pada kain tenunan Arakhne yang sangat indah, terlukiskan para dewa yang sedang berzina, berselingkuh, dan memperkosa banyak wanita. Adalah Poseidon dan Zeus, ayah Athena, yang paling banyak dilukiskan di sana.
Athena mengagumi karya Arakhne namun sangat murka dengan apa yang terlukis diatasnya. Ia tidak terima jika ada seorang manusia yang menjelek-jelekkan ayahnya. Athena pun menghancurkan hasil karya Arakhne.